Ujian
adalah sunnatullah. Setiap orang pasti diuji dalam hidupnya. Yang membedakannya
adalah kadar ujian itu. Ada slogan yang baik berhubungan dengan ujian ini, “Fokusnya
bukan pada sebesar apa ujian itu tetapi bagaimana kita menanggapinya”. Memang
benar dan memang harusnya seperti itu, idealnya.
Selama
21 tahun banyak ujian yang telah kulewati. Aku yang seperti sekarang ini tumbuh
dewasa berkat ujian yang telah kulewati, tak terhitung. Dari ujian itu membentuk
karakter dan visi akan kehidupan ini.
Ketika
ayah sakit dan terkulai lemas di rumah sakit itu adalah masa-masa yang sangat
menyedihkan, sampai akhirnya perjuangan ayah melawan sakitnya tak bisa
dilanjutkan, beliau harus menghadap pencipta-Nya. Dan yang lebih berat lagi
adalah sepeninggalnya beliau. Berat kehilalangan sesosok ayah teladan, yang
selalu ada disamping ketika ada ujian berat menerpa. Yang selalu membuka
tangannya lebar-lebar, yang selalu sabar mendengar keluh kesah anaknya, yang
selalu mendukung, memberikan semangat dan segala upayanya agar sukses.
Setelah
masa itu berlalu, muncullah masalah-masalah baru, di keluarga terutama. Mulai dari
ibu yang ingin menikah lagi dengan calon yang kurang saya setujui sampai
gonjang-ganjing keluarga bapa dengan keluarga mamah. Kalo dipikir2 semuanya
begitu berat untuk dijalani. Tapi hidup
terus berlanjut dan masih banyak hal yang ingin kucapai.
Dan sekarang
adalah masa yang paling berat, disaat studi saya mau berakhir ternyata Allah
membuat rencana lain. Saya harus bersabar sejenak untuk bisa mendapatkan gelar
A.Md dari kampus ini, sebut saja Polban. Pembimbing saya mengharuskan untuk
ganti judul disaat-saat menjelang sidang. Belum pernah merasakan frustasi
karena seperti itu. Tapi frustasi saja tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi untuk
bangkit itu ternyata sangat sulit, apalagi masalah lain ikut menyertai,
memberikan warna tambahan, dan tentu saja menambah beban hidup ini.
Ketika
mencapai titik frustasi itu, pada akhirnya hanya Allahlah tempat mengadu,
tempat meminta, tempat berlindung. Beliaulah yang akan memberikan jalan keluar
terbaik dari segala permasalahan hidup ini.
Teringat
firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 153 :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ
الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
"Wahai orang-orang yang
beriman ! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar."
Ayat ini memiliki makna yang mendalam, sebuah panduan, tolak ukur bagi
orang-orang yang beriman agar mendapatkan pertolongannya, agar Allah selalu
bersamanya, mendampingi hidupnya, diarahkanlah hidupnya. Tapi itu harus dibeli
dengan sabar dan shalat. Inilah kesulitannya, banyak orang yang gagal karena
tidak bisa konsisten disini. Sifat dasar manusia yang mengikuti hawa nafsunya
akan sulit untuk direalisasikan, tetapi bagi siapa saja yang menginginkan
kebahagiaan, inilah kuncinya.
Duhai Allah Yang Maha Tahu segala isi-isi hati ini, berikanlah kemudahan
kepada hambamu yang dlo’if ini untuk bisa senantiasa di jalan-Mu, ketika hamba
terlupa, terlena oleh nikmat dunia ini, terbuai oleh nafsu, ingatkanlah hamba,
tunjukanlah kembali jalan-Mu ya Alllah.
-asrama, 28-10-2013-
3 comments:
subhanallah pa ustadz..
ini cerita telat kayanya haha
ttp smangat pak!!
hehe. gpp telat juga.. semangat juga pa giant. hehe
setuju,sesulit apapun ujian yang kita hadapi yang terpenting kita harus bisa menyikapinya dengan baik :)
Posting Komentar